Pendar Langit
*Pendar Langit*
Oleh: Pramesetya Aniendita
Perempuan adalah pagi,
yang mengulum wangi embun di helai rambutnya,
yang menggelar mentari
dalam tiap langkah mungilnya yang bersahaja.
Ia menyapa fajar
dengan senyum yang tak dibuat-buat,
menyirami taman di dadanya
agar harinya mekar tanpa aba-aba.
Tawanya lirih,
seperti dendang burung di sela rimbun dedaunan.
Tangannya sibuk menenun hari,
namun jiwanya tetap menari-nari.
Ia menjahit waktu dengan benang kesabaran,
menyisipkan kehangatan dalam seruput teh pagi,
dan menyulam detik-detik
dengan hela napas yang dalam.
Perempuan tak butuh mahkota,
sebab ia sendiri adalah upacara semesta.
Langkahnya adalah mantra,
suaranya adalah musim yang menggugurkan luka.
Dan di matanya,
tersimpan pendar langit
yang tak pernah lelah menyalakan harap.
Bandar Lampung, 31 Mei 2025
Komentar
Posting Komentar