RAMADHAN KALI INI"

Ramadan kali ini terasa lebih sunyi. 
Di antara gema takbir yang menggema di langit malam, 
ia hanya bisa menatap kosong pada jendela yang terbuka, 
membiarkan angin malam menyentuh wajahnya yang letih. 
Dulu, saat Ramadan tiba, rumahnya dipenuhi tawa dan kehangatan, suara piring beradu, 
aroma masakan ibu yang memenuhi ruangan,
serta canda tawa yang mengiringi waktu berbuka.

Tapi kini, semua itu hanya kenangan yang terus berputar di kepalanya, 
seolah menjadi bayang-bayang yang enggan pergi. 
Ia berjalan melewati jalanan yang ramai, 
melihat anak-anak lain menggenggam tangan orang tua mereka, 
melangkah dengan riang menuju masjid.
Langkahnya berat, tapi ia tetap melangkah, berharap ada keajaiban kecil yang menyapanya di tengah kesunyian. 
Di dalam masjid, lantunan doa terdengar begitu syahdu, membungkus hatinya yang dingin. 
Ia merapatkan tangan, berbisik dalam hati, "Ya Tuhan, aku rindu rumah." 

Waktu sahur terasa lebih menyakitkan. 
Ia terbiasa mendengar suara lembut ibunya yang membangunkannya dengan penuh kasih. 
Kini, hanya alarm ponselnya yang berbunyi nyaring tanpa kehangatan. 
Makanan di depannya terasa hambar, tak ada tangan yang menyendokkan sayur ke piringnya, tak ada suara ayah yang mengingatkan untuk makan lebih banyak agar kuat berpuasa. 
Ia makan dalam diam, lalu meneguk air dengan mata yang terasa panas. 

Saat azan Maghrib berkumandang, 
ia menatap hidangan sederhana di hadapannya. 
Seteguk air dan sepotong roti tak mampu mengobati luka di hatinya. 
Tapi ia tetap tersenyum kecil, karena ia tahu, Ramadan bukan hanya tentang siapa yang menemani, tetapi tentang bagaimana ia bertahan dan menemukan cahaya di tengah sepi. 
Ia menutup mata, menghirup napas dalam-dalam, lalu berbisik dalam bahasa yang paling ia pahami:

"Tuhan, jika memang ini jalanku, kugtkan aku." Malam semakin larut, dan ia kembali menatap langit, mencari bintang yang mungkin bisa menjadi teman dalam kesendirian. 
Ramadan tanpa keluarga adalah ujian yang berat, tapi ia percaya, di balik kehilangan selalu ada sesuatu yang Tuhan persiapkan. 
Ia mungkin sendirian di dunia ini, 
tapi ia tahu, di setiap doa yang terucap, ada harapan yang akan menuntunnya pulang, entah di dunia atau di tempat lain yang lebih abadi. 

#Ramadan
#Kesendirian
#RinduRumah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terselip Do'a

arunika

Aksara, Kumala