Tak ingin menjadi bara*
Amarah ini meledak, bukan karena aku ingin tapi karena ruang dalam dada tak lagi sanggup membendung gelombang yang terus mengempas. Aku telah mencoba menjadi tenang, menjadi telaga yang memantulkan langit, tapi entah bagaimana badai itu datang, menggulung semua ketenangan yang susah payah aku bangun. Ini bukan tentang ingin marah, ini tentang luka yang terlalu lama diam, tentang suara yang dipaksa bungkam, tentang kesabaran yang perlahan habis dijemput kecewa. Aku tidak ingin menjadi bara, tidak ingin menjadi ledakan yang melukai. Tapi kadang, diam pun bisa berubah jadi racun yang membakar dari dalam. Amarahku bukan panggilan untuk perang, melainkan jeritan hati yang tak tahu lagi cara lain untuk didengar. Dalam dentuman emosiku, ada tangis yang tersembunyi. Dalam bentakan yang mungkin menyakitkan, ada rindu akan pengertian yang tak pernah datarios, Jangan hanya lihat aninya laga tanganku yang...