Postingan

Sajak dari Masalalu

Lembaran tua yang mulai menguning,  tergerus waktu yang terus melaju,  menampilkan baris terakhir sebuah kalimat-yang tak pernah menjumpai kata penutup. Buku lama berselimut debu,  kembali kubuka perlahan-lahan,  menyelami tiap kata demi kata,  bersama kenangan yang melintas diam-diam. Lembar demi lembar terbaca,  dengan tinta hitam yang mulai pudar,  seperti kisah kita yang tak selesai-terhenti di tengah cerita. Rasa itu masih tersimpan,  di antara kisah masa lalu lainnya,  tertutup tumpukan kisah baru,  layaknya draf lama yang dilupakan waktu. Namun hatiku tak lagi pedih mengingatnya, dengan senyum kecil yang tersembunyi kembali kubuka perlahan-lahan, menyelami tiap kata demi kata, bersama kenangan yang melintas diam-diam. Lembar demi lembar terbaca,  dengan tinta hitam yang mulai pudar seperti kisah kita yang tak selesai-terhenti di tengah cerita. Rasa itu masih tersimpan,  di antara kisah masa lalu lainnya, tertutup tumpuka...

Pendar Langit

Gambar
*Pendar Langit* Oleh: Pramesetya Aniendita  Perempuan adalah pagi,  yang mengulum wangi embun di helai rambutnya, yang menggelar mentari dalam tiap langkah mungilnya yang bersahaja. Ia menyapa fajar dengan senyum yang tak dibuat-buat, menyirami taman di dadanya agar harinya mekar tanpa aba-aba. Tawanya lirih, seperti dendang burung di sela rimbun dedaunan. Tangannya sibuk menenun hari, namun jiwanya tetap menari-nari. Ia menjahit waktu dengan benang kesabaran, menyisipkan kehangatan dalam seruput teh pagi, dan menyulam detik-detik dengan hela napas yang dalam. Perempuan tak butuh mahkota, sebab ia sendiri adalah upacara semesta. Langkahnya adalah mantra, suaranya adalah musim yang menggugurkan luka. Dan di matanya, tersimpan pendar langit yang tak pernah lelah menyalakan harap. Bandar Lampung, 31 Mei 2025

Bayang Luka

*Bayang Luka* Oleh: Aulia Skyrainy  Melekat sudah sempurna gelar luka Dalam benak sakit juga bangga Panggilan "ibu" membinar mata haru Menerpa jiwa Namun luka berkabung diranahnya Berbisik sendu sepi rembulan saksinya Kala kalimat ringan bak beban  Bertengger dipundak ringkih Akan perempuan  mandiri Membenamkan jiwa ayu didasar raga Akan perempuan madrasah dini penerusnya  Tuntutan dunia seakan tiada habisnya Perempuan dituntut sempurna tanpa celah cacat Menjadi cantik pintar juga psikolog Paham akan alur cerita karya Tuhan  tuntutan bak luka membekas dalam benak Belum segelintir tanya kerap melayang menerpa diri Sedang semesta bak sibuta juga tuli Dalam bayang sunyi akhir sanggahan Sempolan, 01 Juni 2025